ToFarmer

Isoteri Kopi: Proyek Lintas-Aksi Pertama dari Komunitas ToFarmer

 


Di sebuah punggung bukit Menoreh, di antara suara jangkrik malam dan aroma kayu basah, berdirilah sebuah tempat yang belum sepenuhnya jadi, tapi sudah sepenuhnya bermakna: Isoteri Kopi.

Tempat ini belum selesai dibangun, belum ramai dikunjungi, bahkan belum punya papan nama. Tapi di balik dinding setengah jadi dan jalan tanah yang masih dibentuk pelan-pelan, ada satu hal yang sudah jelas: ini bukan sekadar tempat ngopi.

Ini adalah rumah gagasan. Titik mula dari banyak langkah. Dan mungkin—pusat semesta kecil bernama ToFarmer.


Dimulai dari Nol, dengan Dua Tangan dan Harapan

Isoteri Kopi bukan dibangun oleh tim kontraktor atau investasi besar. Tempat ini tumbuh dari tanah yang dibuka sendiri: menggali lubang, menebang pohon, membangun kamar mungil untuk tinggal bersama keluarga. Di sinilah hidup dijalani, dan ide-ide diseduh setiap pagi.

Sekarang, sudah lebih dari 50% bangunan berdiri. Ada meja barista, alat-alat manual roasting, kursi-kursi sederhana, dan mesin kopi yang mulai mengeluarkan aroma mimpi. Beberapa bagian masih setengah jadi. Tapi beginilah hidup—jarang ada yang langsung utuh.

Sedang dibuat juga akses jalan agar siapa pun bisa datang tanpa harus meminjam sepatu petualang. Dan di sekitarnya, mulai ditanam ubi jalar sebagai eksperimen pertanian kecil. Selain untuk makan, ya siapa tahu bisa jadi pemandangan manis dari teras nanti.


Kenapa Disebut Proyek Lintas-Aksi?

Karena dari semua gagasan yang ToFarmer cetuskan, Isoteri Kopi adalah proyek nyata pertama yang menyentuh banyak aspek:

  • Tim Komunitas: Isoteri adalah tempat kumpul. Tempat ngobrol. Tempat bertukar ide tanpa tekanan. Di sini, gagasan komunitas bisa dihidangkan hangat, seperti kopi tubruk sore hari.

  • Tim Keuangan & Investasi: Isoteri juga tempat mencari nafkah. Dari biji kopi bisa tumbuh rezeki, dari rasa bisa lahir pemasukan untuk mendukung proyek pertanian, konten edukasi, hingga pengembangan sistem keuangan yang berkelanjutan.

  • Tim Kreatif & Media: Setiap sudutnya bisa jadi latar konten. Dari percakapan ringan sambil nyeduh, hingga dokumentasi proses pembangunan, semua bisa jadi bahan cerita yang inspiratif.

  • Tim Ladang: Tanaman sekitar bukan hiasan semata. Eksperimen pertanian seperti penanaman ubi jalar bisa jadi contoh nyata integrasi antara ladang dan kedai.

  • Tim Blockchain (kelak): Siapa tahu nanti transaksi biji kopi bisa dicatat di sistem transparan berbasis blockchain. Tapi ya, itu nanti. Sekarang, yang penting: menyeduh dulu dengan hati.


Makna di Balik Nama: Kenapa “Isoteri Kopi”?

Nama Isoteri Kopi lahir bukan dari hasil polling atau branding agency. Ia muncul dari percakapan sederhana, dari rasa yang ingin dijaga.

Kata Isoteri memang mirip “esoterik”—sesuatu yang tersembunyi, dalam, dan penuh makna. Tapi di sini, kami tidak menyembunyikan apa-apa. Justru, Isoteri Kopi ingin jadi ruang untuk menemukan kembali hal-hal yang sederhana tapi sering terlupa: rasa syukur, proses, dan relasi.

Di setiap seduhan, ada proses.
Di setiap proses, ada pelajaran.
Dan di setiap pelajaran, mungkin—ada kita yang sedang tumbuh diam-diam.

Isoteri adalah ruang berteduh dari hingar-bingar. Tempat memulihkan semangat. Tempat di mana kopi bukan sekadar minuman, tapi ajakan untuk melambat dan meresapi hidup.


Saat Ini: Masih Dalam Proses

Untuk saat ini, Isoteri belum buka umum. Masih dalam tahap pembangunan fisik dan penyusunan narasi besar. Tapi setiap kayu yang dipasang, setiap sendok semen yang diaduk, sudah membawa niat besar untuk menjadikan tempat ini sebagai rumah bersama.

Saat ini, baru 2 orang yang menjadi anggota aktif ToFarmer. Tapi justru dari ruang sempit inilah, harapan besar dirajut.

Kami memang belum punya tim lengkap. Tapi kami punya mimpi yang lengkap. Dan perlahan, satu demi satu, kawan akan bergabung. Seperti aroma kopi yang makin terasa ketika air mendidih menyentuh bubuknya—semuanya butuh proses.


Kalau Kamu Mampir ke Isoteri...

Kami belum bisa menyambut dengan papan nama besar. Tapi kami bisa suguhkan cerita. Kami belum punya interior mewah. Tapi kami punya ladang, senyum, dan kopi yang diseduh dengan niat baik.

Isoteri Kopi mungkin masih jauh dari kata sempurna. Tapi mungkin justru di situ letak keindahannya—karena ia sedang tumbuh, bersama impian yang dibangun dari nol.

Jadi, kalau suatu hari nanti kamu mampir,
jangan lupa bawa cerita.
Karena di sini, kopi adalah undangan untuk ngobrol,
dan setiap yang datang adalah bagian dari perjalanan.



Ramuan Mistis Penangkal Jamur: Rahasia dari Dapur Petani Gunung


 "Ramuan ini datang lewat mimpi, katanya... Tapi aromanya nyata, dan efeknya nendang! Buat yang tanamannya suka kena jamur, mungkin ini saatnya kembali ke jalur... jalur dapur."


Halo para sahabat tanah, penyair pupuk, dan peracik ramuan absurd!

Kali ini, kami kembali mengungkap ramuan sakti dari balik dapur sederhana petani mistis di lereng Menoreh. Tanpa perlu mantra latin atau menunggu bulan purnama, kamu bisa bikin fungisida organik sendiri, cukup dengan bahan yang biasa dipakai ibu-ibu masak sayur!


 Apa Itu Fungisida Organik?


Fungisida itu ibarat bodyguard bagi tanaman—tugasnya menjaga dari jamur-jamur nakal yang suka bikin daun bopeng dan batang busuk.

Tapi yang ini beda... bukan dari pabrik, bukan dari kimia yang susah dibaca. Ini racikan petani mistis, dari jahe, bawang, dan air. Efeknya?

 Murah, praktis, dan penuh aura... dapur!

🌿 Bahan-Bahan Rahasia:


Jahe: 2 ruas


Bawang putih: 3 siung


Air bersih secukupnya


Blender dan sedikit niat


đź§™ Cara Pembuatan:


1. Ritual awal: Ranjangi jahe dan bawang seperti mau bikin sambal anti-santet.


2. Masukkan ke blender. Jangan lupa tuang air, bukan kopi.


3. Haluskan dengan semangat anti-jamur.


4. Tuang hasil blender ke dalam wadah sakral... atau gelas ukur plastik juga nggak apa-apa.


5. Biarkan beberapa saat sambil tatapan kosong ke langit (opsional).


6. Gunakan saat menanam atau saat muncul tanda-tanda jamur. Bisa untuk rendaman bibit juga!

---


🍠 Praktik di Ladang Blok 3:


Setelah ramuan disiapkan, bibit ubi jalar yang sudah disimpan 2 hari diletakkan di atas daun pisang. Seperti upacara adat mini. Bibit dimandikan ramuan, lalu ditanam dengan harapan tinggi... dan sedikit mistik.



---


đź“˝️ Lihat Videonya di Channel HOBITANI!


Kalau kamu masih belum percaya, langsung tonton sendiri prosesnya di video terbaru. Judulnya?

👉 "LIAT NIH! OBAT TANAMAN PALING GILA PETANI MISTIS!"

Sudah tayang dan mengandung unsur absurb yang cukup untuk bikin kamu bilang “lho kok bisa?”.

---


Kenapa Harus Coba?


Tanpa bahan kimia

Bisa dibuat di rumah

Tanaman sehat, dompet tetap hemat

Plus... vibes-nya dapet!


Petani masa kini harus kreatif, bukan hanya cangkul tapi juga ilmu dari nenek moyang dan... dapur!

Kalau kamu suka eksperimen dan percaya bahwa alam punya rahasianya sendiri, mungkin ini saatnya kembali ke akar—secara harfiah.


> “Kadang, solusi ada di dapur... bukan di toko pertanian.” – Petani Hobitani





---


#Hobitani #FungisidaOrganik #PetaniMistis #RamuanDapur #PertanianAlami #AbsurdTapiAmpuh #ObatJamurTanaman #UbiJalar #BelajarBertani #PetaniMuda #MenorehMagic


NEKAT! Saya Potong Ubi Jalar Tanpa Ilmu: Eksperimen Absurd dari Blok 1. Jurnal telo pendem 36-88



 NEKAT! Saya Potong Ubi Jalar Tanpa Ilmu: Eksperimen Absurd dari Blok 1

Blok 1. Ladang yang tenang. Tapi tidak malam itu.

Saya, seorang petani pemula penuh semangat dan penuh tanda tanya, memutuskan sesuatu yang bisa saja dianggap… gegabah. Saya potong batang ubi jalar tanpa ilmu pasti. Bukan karena saya benci tumbuhan panjang—tapi karena batangnya tumbuh seperti ingin menjangkau dunia paralel.


Kenapa Dipotong?


Karena katanya (entah siapa yang bilang), kalau batang terlalu panjang, tanaman bisa lupa fokus. Seperti manusia: kalau pikirannya kemana-mana, hasilnya gak optimal. Jadi saya potong aja satu kilan tangan… dengan penuh cinta… dan sedikit rasa bersalah.


Apa yang Terjadi?


Tidak ada badai petir. Tidak ada cahaya misterius dari balik daun. Tapi suasananya... mendadak hening. Angin berhenti sebentar. Ubur-ubur khayalan saya pun ikut terdiam.


Saya lanjut pangkas sambil ngelucu sendiri, berharap tanaman ini nggak "tersinggung". Beberapa daun yang masih hijau segar saya pangkas juga, biar energinya balik ke akarnya. Logikanya seperti parenting: kadang harus tegas demi masa depan anak.


Mistis Tapi Logis?


Mungkin. Atau mungkin saya hanya terlalu larut dalam perasaan berdosa setelah pangkas-pangkas. Tapi hey, ladang ini hidup. Dan saya yakin, tumbuhan juga tahu niat baik manusia—meski manusia ini sering nekat dan trial-error.


Pelajaran dari Blok 1


Ubi jalar cepat banget tumbuhnya, jadi wajib diawasi kalau mau hasil panen maksimal.


Pemangkasan bisa bantu fokus energi ke umbi, tapi jangan asal babat—amati dulu reaksinya.


Petani pemula sah-sah aja eksperimen, tapi catat prosesnya, supaya bisa belajar dari yang berhasil maupun yang bikin merinding.


Tonton Videonya


Kalau kamu pengen lihat versi visual dari kisah ini, termasuk narasi absurd dan suara jangkrik yang mungkin menyimpan kode rahasia alam, tonton videonya di sini:

[LINK VIDEO]


Dunia pertanian tidak selalu serius dan kaku. Di balik lumpur dan daun, ada cerita, tawa, dan kadang... aura misterius.

Selamat mencoba. Tapi jangan potong ubi jalar di malam Jumat. Katanya sih..

Tim Kreatif Bikin Channel YouTube “Hobitani” – Serius Tapi Santai!

 Tim Kreatif Bikin Channel YouTube “Hobitani” – Serius Tapi Santai!

Akhirnya, salah satu mimpi kecil dari tim konten kreatif ToFarmer kesampaian juga: bikin channel YouTube sendiri!

Namanya? Hobitani — singkatan dari Hobi Bertani. Namanya aja udah lucu, ya? Tapi isinya enggak sembarangan!

Ngapain sih Channel Hobitani?

Channel ini dibuat buat ngasih hiburan ringan yang tetep nyambung sama dunia pertanian. Jadi, jangan heran kalau isinya bisa macam-macam:

Kadang ada video lucu tentang kejadian aneh tapi nyata di kebun atau sawah.

Ada juga berita mini soal pertanian, tapi dibawain santai dan enggak bikin ngantuk.

Vlog sehari-hari tim yang lagi keliling kampung, ketemu petani, atau sekadar ngopi di pinggir ladang.

Atau video random yang mungkin nggak jelas banget, tapi siapa tahu bikin kamu senyum dan dapet inspirasi.

Pokoknya, apa pun yang relate sama pertanian dan bisa bikin orang nonton sampe habis, bakal kita coba angkat.

Kenapa Harus Ada Hobitani?

Jujur aja, pertanian sering keliatan serius dan berat banget. Padahal, di balik lumpur dan cangkul itu, banyak banget cerita seru, lucu, dan kadang nyeleneh yang jarang diangkat.

Nah, lewat Hobitani, kami pengen nunjukkin kalau dunia pertanian itu:

Bisa seru dan menghibur,

Penuh cerita yang layak dibagi dan ditertawakan bareng,

Dan tentu aja, bisa jadi gaya hidup keren buat anak muda zaman sekarang.

Produksi Ala-Ala, Tapi Penuh Cinta

Awalnya kita cuma modal HP dan ide spontan. Nggak ada kamera canggih, nggak ada script ribet. Pokoknya jalanin dulu aja, sambil belajar.

Video udah tayang — agak absurd, tapi ya itulah ciri khas Hobitani: random, tapi bermanfaat!



Mau dukung pertanian dengan cara yang beda?

Langsung aja mampir ke YouTube, cari channel Hobitani, tonton videonya, kasih komentar kocak, dan jangan lupa subscribe ya!

Biar semangat kita makin nular ke mana-mana.

Kalau kamu punya ide konten lucu tapi relate sama pertanian, kabarin aja tim Hobitani. Siapa tahu bisa kita garap bareng!

Aksi 6: Nabung Kompos, Nabung Masa Depan (plus bonus tanah subur)





Aksi 6: Nabung Kompos, Nabung Masa Depan (plus bonus tanah subur)

Di dunia ToFarmer, kami nggak cuma nabung uang (itu juga belum tentu), tapi juga nabung kompos!
Kenapa? Karena pupuk organik itu ibarat nasi buat tanah. Kalau nggak ada, tanaman bisa lemes, layu, dan ogah diajak panen bareng.

Jadi, daripada ngandelin pupuk luar terus, kami milih bikin sendiri. Gampang kok, modalnya rumput liar, air bekas cucian beras, dan semangat berkebun tanpa drama.


Bahan-Bahan Ajaib dari Sekitaran Kebun:

  1. Rumput hijau & rumput kering – alias bahan ijo dan bahan coklat.
    (Bukan buat salad, ya!)
  2. Air cucian beras – jangan dibuang, ini nutrisi tersembunyi.
  3. EM4 – mikroba baik yang siap ngerubungin bahan kompos kayak penggemar idol Korea.
  4. Pupuk kandang jadi – yang udah enggak bau dan gak bikin tetangga protes.

Cara Bikin Kompos Gaya Kami:

Kami bikin sistem blok kompos. Jadi bukan tumpuk asal tumpuk kayak laundry belum dicuci.
Sekarang udah ada 2 blok: satu udah sebulan (udah mulai mateng), satu lagi masih bocah.

Step-by-Step:

  1. Cari Lokasi

    • Ukuran kira-kira 1 meter x 1 meter, tinggi tumpukan juga segitu.
    • Sirkulasi udara penting, biar gak pengap kayak hubungan tanpa kejelasan.
  2. Tumpuk Menumpuk Penuh Cinta

    • Rumput dipotong dulu, biar gampang “dimakan” mikroba.
    • Campur bahan ijo & coklat, biar C/N-nya seimbang (bukan candaan fisika, serius).
    • Setiap 20-30 cm, tambahin:
      • 1 liter air cucian beras
      • 1-2 sendok makan EM4 dilarutkan
      • ½ ember pupuk kandang
    • Ulangi sampai setinggi cita-cita, eh maksudnya 1 meter aja.
  3. Tutup & Rawat

    • Tutup pakai terpal atau plastik biar hangat dan lembap.
    • Tapi jangan sampai becek ya, nanti malah jadi kolam lele.
  4. Bongkar Pasang Rutin

    • Setiap 2 minggu, kompos dibalik.
      Ini semacam stretching buat si tumpukan, biar gak pegal dan bisa fermentasi maksimal.

Strategi Kompos Jalan Terus:

Karena kita nggak mau kehabisan, maka:

  • Setiap hari nyicil bahan, biar nggak numpuk kayak utang tugas.
  • Blok baru dibuat bertahap, biar ada kompos matang dan yang lagi diproses.
  • Kompos matang disimpan rapat, kayak rahasia dapur nenek.
  • Semua dicatat: tanggal mulai, bahan yang dipakai, dan kapan siap panen.
    (Kami nggak main-main, ini ada spreadsheet-nya!)

Penutup: Kompos, Cinta, dan Masa Depan

Menabung kompos itu bentuk cinta — buat tanah, buat tanaman, dan buat kemandirian petani masa depan.
Nggak perlu beli pupuk terus, cukup manfaatkan yang ada.
Lebih hemat, lebih ramah lingkungan, dan pastinya... lebih ToFarmer banget!

Kita akan terus eksperimen dan update hasilnya di sini.
Kalau kamu punya cara unik bikin kompos? Sini share, siapa tahu bisa kita masukin ke Kompospedia versi lokal!

#ToFarmer #NabungKompos #TanahHappyPetaniHappy #PupukGaHarusBeli



Jurnal Telo Pendem – Hari ke 27-36

 


Setelah melewati berbagai tahap persiapan, akhirnya tiba saatnya untuk memulai penanaman. Hari ini, saya memastikan bahwa lahan sudah benar-benar siap. Tanah yang sudah diolah sebelumnya diperiksa kembali, memastikan tidak ada genangan air yang berlebihan atau permukaan tanah yang terlalu padat.

Saya juga melakukan pengukuran ulang untuk memastikan jarak tanam yang tepat. Karena umbi telo (ubi jalar) membutuhkan ruang untuk berkembang, saya menargetkan jarak sekitar 30–40 cm antar tanaman agar pertumbuhan optimal.

berikut adalah tahap-tahap dengan gambar dari sebelum tanam sampai tanam.





























Jurnal Telo Pendem – Hari ke 10-26


Jurnal Telo Hari ke-10 hingga 26

Eksperimen: 3 Metode Penanaman (Pendam, Setengah Pendam, Media Air)


1. Metode Pendam Penuh

Hasil: Belum bertunas sampai hari ke-26.

2. Metode Setengah Pendam

Hasil: Tumbuh sangat bagus, tetapi menghadapi gangguan dari hewan liar. Sampai hari ke-26, sudah melakukan penyulaman sebanyak 3 kg.

3. Metode Media Air

Hasil: Perawatan lebih mudah dan simpel, namun pertumbuhan lebih lambat dan daun kurang segar dibanding metode lainnya.

Kesimpulan Awal:

Metode pendam penuh kurang efektif karena tidak muncul tunas dalam periode ini.

Metode setengah pendam memiliki pertumbuhan terbaik, tetapi rawan gangguan hewan liar.

Metode media air lebih praktis dalam perawatan, tetapi hasilnya lebih lambat dan kualitas daun kurang optimal.

berikut foto-fotonya yang mewakili.tahap demi tahap dari atas ke bawah